Beranda | Artikel
Kedudukan Para Ulama - Khutbah Jumat (Ustadz Badrusalam, Lc.)
Jumat, 20 Oktober 2017

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Kedudukan Para Ulama – Khutbah Jumat (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.). Khutbah Jumat ini disampaikan di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Mari kita simak dan download khutbah Jumat ini, semoga bermanfaat.


Khutbah Pertama Kedudukan Para Ulama – Khutbah Jumat (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)

Sesungguhnya diantara aqidah ahlus sunah wa jama’ah adalah menghormati para ulama. Karena sesungguhnya menghormati ulama, adalah merupakan perkara yang sangat diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59)

Sebagian ulama mengatakan, Ulil amri dalam ayat ini maksudnya adalah para ulama, sementara sebagian lagi mengatakan para umara’. Dan yang rajih adalah kedua-duanya masuk kedalam ayat ini. Allah juga berfirman:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٣﴾

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An-Nisa’ [4]: 83)

Ulama tafsir menyatakan ulil amri dalam ayat ini adalah para ulama. Allah juga memuji para ulama dalam ayat-ayat yang banyak. Diantaranya:

شَهِدَ اللَّـهُ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿١٨﴾

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali-Imran [3]: 18)

Dan Allah menyuruh kita untuk bertanya kepada para ulama. Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,”  (QS. An-Nahl [16]: 43)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam sebuah hadits bahwa orang yang tidak menghormati ulama bukan dari golongan kami kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim.

Sesungguhnya para ulama itu lampu-lampu dikegelapan malam. Mereka bagaikan bintang-bintang di langit. Bintang-bintang itu menghias, bintang itu menunjukan jalan kita untuk memahami Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kewajiban kita, menghormati mereka, muliakan mereka dan ambilah ilmu dari mereka. Karena sesungguhnya ketika seseorang tidak mengetahui hak ulama, pasti yang diulamakan para juhala’. Orang-orang yang tidak mempunyai keilmuan atau orang-orang yang dangkal keilmuan namun pandai berbicara. Sehingga diulamakanlah orang-orang yang bukan ulama’.

Disaat seperti itulah akan terjadi kebinasaan pada umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

“‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’”

Ummatal Islam.. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam hadits ini ketika seseorang bertanya bukan kepada ahlinya,  maka tentu yang terjadi adalah pembodohan. Berfatwa dengan tanpa ilmu. Berfatwa hanya sebatas dengan ra’yu dan pendapat saja. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya, agar senantiasa mengambil ilmu dari mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa:

إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ

“Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah, ilmu diambil dari orang-orang kecil (yaitu ahli bid’ah)”

Ibnul Mubarak, perawi hadits tersebut berkata bahwa yang dimaksud  الْأَصَاغِرِ adalah ahli bid’ah yang menyimpang pemikiran dan aqidah mereka. Sebagian ulama mengatakan الْأَصَاغِرِ adalah orang-orang yang dangkal keilmuannya, walaupun usianya tua.

Maka kenalilah siapa ulama. Mereka orang-orang yang betul-betul berilmu tentang Al-Qur’an, tentang hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tatacara berdalil dengannya. Pengetahuan mereka tentang bahasa arab sangatlah dalam, demikian pula ilmu-ilmu lain tentangnya. Adapun orang yang hanya sebatas taqlid kepada satu madzhab bukanlah ulama. Imam Asy Suyuthi rahimahullah berkata, “Para ulama semua sepakat bahwa orang yang hanya taqlid bukanlah ulama”. Ulama adalah orang yang faham bagaimana berdalil, bagaimana memahami dalil.

Menghormati ulama, bukan berarti kita mengkultuskan ulama. Seakan-akan ulama tidak pernah salah. Menghormati ulama, dengan cara kita mengikuti jalan mereka bagaimana memahami Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan mengkultuskan bagaikan nabi yang ucapannya kita dahulukan dari ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi kita ikuti ulama ketika mereka sesuai dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun apabila ucapannya tidak sesuai maka pada waktu itu tidak kita ikuti. Hal itu bukan karena kita tidak menghormati mereka. Tapi tentunya Allah dan RasulNya lebih kita ikuti. Itulah yang diucapkan oleh para ulama besar kita.

Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal, seluruhnya sepakat agar kita senantiasa hanya fanatik kepada Allah dan RasulNya. Kaum muslimin semua bersepakat, apabila telah jelas kepada dia, sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh dia meninggalkan sunnah tersebut hanya karena mengikuti pendapat seseorang.

Imam Syafi’i juga mengatakan, “apabila kalian mendapatkan dalam bukuku ini, pendapatku yang bertabrakan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kalian harus ikuti adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Buang jauh-jauh pendapatku”.

Para ulama tidak pernah mengajarkan kita untuk taqlid buta kepada mereka. Mereka justru senantiasa mengajarkan kepada kita untuk mengikuti dalil. Karena itulah para ulama madzhab setelahnya mengikuti Imam Syafi’i. Ini dia ulama madzhab syafi’iyah yang bernama Al-Khaththabi. Beliau adalah ulama madzhab Syafi’iyah tapi beliau menyelisihi 119 permasalahan madzhabnya sendiri. Karena melihat ada yang lebih kuat dalilnya. Demikian pula Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar dan yang lainnya, mereka senantiasa melihat mana yang paling kuat dalilnya, itu yang mereka ikuti. Adapun kemudian kita menganggap bahwasannya apabila pendapat madzhab saya itu yang begini, lalu kita bela habis-habisan baik itu benar atau salah. Itu bukanlah pendapat ulama madzhab manapun juga. Kewajiban kita adalah mengikuti Allah dan RasulNya. Karena Allah yang memerintahkan demikian.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١﴾

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat [49]: 1)

Inilah manhaj, inilah aqidah ahlus sunnah wa jama’ah yang diyakini oleh seluruh ulama dari seluruh madzhab. Apabila mereka bersepakat, maka itu hujjah, apabila mereka berselisih, maka kita lihat siapa yang paling kuat hujjahnya. Dan itulah yang kita ambil.

Khutbah Kedua Kedudukan Para Ulama – Khutbah Jumat (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.) Menit ke – 11:35

Ummatal Islam.. 

Sesungguhnya mencintai para ulama akan menimbulkan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mencintai para ulama menyebabkan kita akan dikumpulkan bersama mereka. Mencintai para  ulama menyebabkan kita berusaha terbimbing dalam hidup kita dan berusaha mengikuti jejak kaki mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

المرأ مع من أحب

Apabila kita mencitai para ulama, kita akan berkumpul bersama mereka ان شاء الله di padang mahsyar. Maka kita berusaha untuk mengenal hak para ulama, untuk senantiasa mengikuti mereka dalam hal-hal yang tentunya diperintahkan oleh Allah untuk mengikutinya. Yaitu yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila mereka berselisih, maka kita ambil salah satu pendapat yang kuat tanpa kita menyesatkan yang lainnya. Karena siapa yang berijtihad lalu dia salah, maka dia mendapatkan satu pahala. Siapa yang berijtihad kemudian dia benar, maka dia mendapatkan dua pahala kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengarkan dan Download MP3 Kedudukan Para Ulama – Khutbah Jumat (Ustadz Badrusalam, Lc.)

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau Google+ Anda. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/29522-kedudukan-para-ulama-khutbah-jumat-ustadz-badrusalam-lc/